Masjid Bambu Kiram

Masjid Bambu Kiram; Unik dan Eksotik (Catatan Perjalanan)

Mengunjungi Masjid KH. Abdul Qodir Hasan atau yang lebih dikenal dengan Masjid Bambu Kiram memberikan pengalaman dan suasana spiritual yang berbeda. Sesuai namanya, hampir seluruh bangunan masjid ini terbuat dari bambu. Hal itulah yang membuat masjid ini berbeda sekaligus unik dari masjid kebanyakan.

Selain terbuat dari bambu, keunikan lain dari masjid ini adalah bentuknya yang menyerupai kapal. Tempat salatnya berada di lantai 2 dan menghadap langsung ke moncong kapal sehingga terasa seperti berada di ruang kemudi. Dindingnya yang terbuat dari bilah-bilah bambu berongga membuat angin masuk dengan leluasa sehingga seolah benar-benar berada di atas kapal yang berlayar.

Ketika saya datang ke sana, suasana masjid kebetulan sedang sepi. Mungkin karena memang belum jam salat. Tak berselang lama, hujan turun. Sejuk dan tenang sangat terasa. Ditambah lagi pemandangan berupa pepohonan hijau di sekeliling masjid membuat saya ingin berlama-lama di masjid ini.

Masjid ini terdiri dari 2 lantai. Di lantai pertama dikhususkan untuk toilet dan tempat wudhu. Di sini kondisinya sangat bersih. Lantainya menggunakan batu alam sehingga tidak licin meski terkena air. Tersedia beberapa toilet dan di dalamnya juga ada ornamen bambu.

Sedangkan di lantai 2 adalah tempat salat. Nuansa bambu sangat terasa di sini. Mulai dari tangga, tiang, dinding, hingga plafon, semuanya terbuat dari bambu. Benar-benar keren dan estetik.

Untuk menuju ke lantai 2, kita bisa melewati tangga yang ada di lantai 1 ataupun tangga disabilitas di sisi kanan dan kiri masjid. Selain ramah lingkungan karena menggunakan bambu, masjid ini juga ramah bagi penyandang disabilitas.

Masjid Bambu Pertama di Banua

Masjid Bambu Kiram menjadi masjid berbahan bambu pertama di Kalimantan Selatan. Terletak di Jalan Pangeran Suryanata, Desa Kiram, Kabupaten Banjar. Waktu tempuh hanya sekitar 30 menit dari Martapura atau Banjarbaru.

Lokasinya sangat dekat dengan objek wisata Kiram Park. Jadi kalau berkunjung ke Kiram Park, rugi rasanya kalau tidak menyempatkan ke Masjid Bambu ini.

Akses jalan ke masjid ini sangatlah mudah. Jalanan mulus beraspal. Papan penunjuk arah juga tersedia di sepanjang jalan. Saya pun yang awalnya ingin menggunakan GPS, mengurungkan niat. Dan akhirnya bisa sampai ke sini tanpa kesulitan. Jadi jangan khawatir tersesat yaa.

Menurut informasi yang saya dapat di internet, Masjid Bambu mulai dibangun pada tahun 2020 dengan biaya Rp11,9 miliar lebih. Luas bangunannya 15 x 15 meter persegi dengan daya tampung sekitar 250 jamaah. Halaman dan tempat parkirnya cukup luas. Di samping masjid terdapat rumah pengurus yang juga menggunakan ornamen dari bambu.

Bahan bambunya sendiri didatangkan dari Sleman, Yogyakarta. Merupakan jenis bambu yang kuat dan anti rayap sehingga aman untuk bahan bangunan.

Tidak ada biaya masuk ke masjid ini. Namun ada baiknya kalau kita menginfakkan sedikit uang untuk membantu biaya operasional dan perawatan masjid ini. Apalagi merawat masjid yang terbuat dari bambu tidaklah mudah dan murah.

Nilai Filosofis dan Historis

Saya penasaran dengan nama KH. Abdul Qodir Hasan yang menjadi nama masjid ini. Biasanya seseorang yang namanya diabadikan untuk sebuah tempat, merupakan tokoh besar dan berjasa. Saya coba mencari informasi melalui internet. Berikut ini informasi yang saya dapatkan.

Nama KH. Abdul Qodir Hasan merupakan seorang ulama besar di Kalimantan Selatan sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Martapura, salah satu pondok pesantren tertua di Kalimantan Selatan. Masyarakat juga sering menyebut beliau dengan sebutan Guru Tuha (Guru Tua).

Beliau adalah orang yang pertama kali mendirikan NU di Kalimantan, yaitu Jam’iyyah Nahdhatul Ulama di Martapura pada 1928. Pada masa penjajahan, beliau ikut mendukung gerakan gerilya pimpinan Hasan Basri dengan menggerakan masyarakat Banjar, khususnya para santri Darussalam untuk ikut bergerilya melawan penjajah. Karena jasa yang sangat besar itulah nama beliau diabadikan menjadi nama masjid.

Selain tokoh KH. Abdul Qodir Hasan, saya juga tertarik dengan gaya arsitektur bangunan ini. Dari bacaan di internet, saya baru sadar kalau arsitektur masjid ini menyimbolkan nilai sejarah. Hal ini bisa dilihat dari bentuk atap masjid yang menyerupai masjid bersejarah sekaligus tertua di Kalsel, yaitu Masjid Sultan Suriansyah.

Penggunaan bahan bambu menurut sejumlah sumber, terinspirasi dari balanting bambu yang merupakan wisata andalan di Hulu Sungai Selatan. Karena itulah masjid ini dibangun dengan bahan bambu. Selain itu, kapal atau perahu adalah alat transportasi yang sejak dulu banyak digunakan oleh masyarakat Banjar.

Lalu bentuk kapal atau perahu yang dipilih menjadi bentuk bangunan juga memiliki nilai filosofis. Bagi saya pribadi, bentuk kapal melambangkan jika manusia senantiasa melaksanakan salat dan melaksanakan perintah Allah, maka akan dengan mudah mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan ombak dan badai (cobaan dan ujian hidup).

Kita juga bisa belajar dari kapal yang dibuat Nabi Nuh. Orang-orang yang percaya dan patuh kepadanya untuk naik ke atas kapal/bahtera, akhirnya bisa selamat dari banjir besar.

Potensi Pengembangan Wisata Masjid Bambu Kiram

Kabupaten Banjar selama ini dikenal sebagai daerah yang memiliki banyak tempat wisata religi, terutama makam para ulama besar. Tidak mengherankan kalau ada banyak peziarah dari berbagai daerah yang berkunjung. Nah, kehadiran Masjid Bambu tentunya menambah daftar tempat yang dapat dikunjungi para peziarah tersebut.

Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini potensial dikembangkan menjadi destinasi wisata religi. Keunikan bentuk dan bahan bambu menjadi daya tarik utama dari masjid ini.

Akses ke sini pun sangatlah mudah. Bisa ditempuh menggunakan motor, mobil, atau bus. Masjid ini sangat dekat dengan objek wisata Kiram Park. Kalau kita ke Kiram Park melalui arah Mandiangin, maka kita akan melewati masjid ini.

Mengembangkan Masjid Bambu menjadi destinasi wisata akan menguntungkan banyak pihak. Bagi daerah, keberadaan Masjid Bambu akan memperkuat citra Kabupaten Banjar sebagai daerah yang religius.

Adapun bagi masyarakat sekitar, Masjid Bambu yang mendatangkan banyak pengunjung dapat menjadi tempat mencari nafkah. Bisa kita lihat dengan adanya beberapa warung di depan masjid ini.

Masjid ini pernah menjadi salah satu lokasi acara pada gelaran MTQ Nasional ke-29. Hal itu membuat Masjid Bambu Kiram telah dikenal luas, tidak hanya oleh masyarakat setempat.

Belajar dari gelaran MTQN itulah, salah satu cara meramaikan sekaligus memperkenalkan masjid ini adalah dengan sering mengadakan acara keagamaan. Dari yang saya lihat di akun instagram @masjid_bambu_kiram, selama ini pengelola Masjid Bambu memang sering mengadakan acara keagamaan seperti peringatan hari besar Islam. Semoga acara seperti ini terus dilaksanakan.

Satu hal yang juga sangat penting adalah perawatan bangunan. Karena masalah yang sering ditemui pada tempat wisata adalah perawatan yang kurang baik. Bukan hanya membuat pengunjung menjadi tidak nyaman, tetapi juga akan mengurangi daya tarik tempat wisata.

Semoga masjid ini terus dirawat dengan baik. Selain untuk wisata, yang paling penting adalah untuk kenyamanan jamaah. Bagaimanapun, fungsi utama dari masjid adalah untuk tempat beribadah.

Oke deh, cukup sekian dulu catatan perjalanan ini. Sampai jumpa di perjalanan saya selanjutnya.

.
0Shares
Muhammad Noor Fadillah

Menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Memiliki ketertarikan di bidang ekonomi dan manajemen. Telah menerbitkan 2 buku, 1 ebook, dan banyak tulisan lainnya yang tersebar di koran, media online, blog, dan platform lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *