Murung Batu Laba; Menikmati Perpaduan Danau, Pulau, dan Pegunungan (Catatan Perjalanan)
Sayup-sayup terdengar gelombang kecil yang pecah ketika menyentuh tepian. Jika menutup mata, rasanya seperti sedang berada di pantai. Ditambah lagi dengan permukaan tanahnya yang landai. Meski sebenarnya ini hanyalah sebuah danau. Di kejauhan sana nampak beberapa pulau dan pegunungan hijau membentang dengan gagah. Lengkap dengan gumpalan awan dan langit biru di atasnya.
Itulah yang saya dapatkan ketika berkunjung ke Murung Batu Laba. Sebuah tempat wisata yang terbilang baru. Terletak di Desa Tiwingan Baru, Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Lokasinya searah jika kita menuju ke tempat wisata Bukit Batu.
Murung Batu Laba menjadi tempat wisata pertama yang saya kunjungi di tahun 2024. Alasan memilih tempat ini sebenarnya hanya karena rasa penasaran. Tempat ini sempat viral beberapa waktu yang lalu di media sosial. Bahkan beberapa orang nekat pergi ke sana meskipun kondisi jalan berlumpur sehabis diguyur hujan. Karena itu saya pun jadi tertarik untuk datang dan melihat langsung.
Alasan kedua, dari informasi yang saya dapat, ada yang mengatakan jika tempat wisata ini hanya ada di musim kemarau. Karena pada saat itu air di waduk Riam Kanan sedang surut sehingga Murung Batu Laba bisa dinikmati. Hal itu membuat saya tidak mau menunda untuk datang ke tempat tersebut. Apalagi belakangan ini sudah sering turun hujan. Kalau informasi tersebut benar dan saya tidak segera ke sana, wah bisa-bisa saya tidak sempat mengunjunginya.
- Baca Juga: Gunung Mawar dan Misi Mencari Lautan Awan
Perjalanan Yang Menguji Kesabaran
Perjalanan dari rumah kami mulai sekitar pukul 07.30 WITA. Namun baru beberapa menit berjalan, terdengar suara krasak krosok dari arah mesin transmisi (transmission case) motor yang kami pakai.
Kecepatan motor pun berangsur pelan karena ternyata gas motor tidak bisa dipacu lagi. Suara mesin terdengar nyaring tetapi tidak ada perputaran dari ban motor. Kami kemudian menepi dan berhenti di pinggir jalan.
Saya segera mengecek keadaan motor dengan perasaan khawatir. Khawatir kalau perjalanan kali ini akhirnya gagal. Terlihat ada sedikit asap yang keluar dari mesin transmisi. Perasaan saya semakin tak enak. Kalau sudah keluar asap dari mesin, biasanya kerusakannya parah.
Saya membuka GPS di handphone untuk mencari bengkel terdekat. Syukurlah kami masih berada di jalan yang ramai sehingga tidak terlalu sulit mencari bengkel motor. Saya tidak bisa membayangkan jika motor kami bermasalah saat berada di jalan sepi.
Terdengar suara mesin impact wrench (pembuka baut) tak lama setelah motor kami berada di bengkel. Sesaat kemudian penutup mesin berhasil dibuka. Kami, termasuk paman bengkel terkejut ketika melihat kondisi V Belt atau rantai motor yang rusak parah. Hanya tersisa kawat besi bagian dalamnya. Sedangkan karet bagian luar pada V Belt sudah berbentuk serpihan yang berserakan.
Beruntung di bengkel tersebut menjual onderdil yang rusak. Kami menghabiskan waktu hampir satu jam di bengkel. Sebenarnya ada perasaan ragu untuk melanjutkan perjalanan. Namun karena sudah terlanjur dan paman bengkel juga menjamin jika motor bisa kembali normal, kami pun meneruskan perjalanan. Bismillah.
Memanjakan Mata di Murung Batu Laba
Kami sampai di pintu gerbang Murung Batu Laba sekitar pukul 11 siang. Jalanan nampak lengang. Kami hanya berpapasan dengan beberapa kendaraan saja. Mungkin karena kami kesini ketika siang hari.
Jalanan sudah berbatu sehingga lumayan nyaman untuk dijalani. Padahal ketika viral dulu, jalanan di sini masih berupa tanah. Karena itulah jalan akan menjadi becek dan berlumpur ketika hujan. Meski begitu, di beberapa titik masih ada genangan air yang menyebabkan jalanan sedikit becek.
Kontur tanah naik turun dengan ukuran jalan tidak terlalu lebar. Paling-paling hanya muat 2 mobil yang berpapasan. Itu pun salah satu mobil harus menerabas rerumputan di samping jalan. Di sini kita harus benar-benar fokus dan berhati-hati. Terutama ketika motor meluncur bebas dari tempat tinggi dengan jalan berbatu.
Kami kemudian sampai di sebuah pos kecil yang dijaga beberapa orang. Kami membayar karcis masuk seharga Rp5.000/orang. Dari sini, perjalanan masih lumayan jauh. Kami kembali melewati jalan berbatu. Sepanjang jalan kita hanya akan melihat lebatnya pepohonan. Sejak masuk dari pintu gerbang, udara di sini sangat sejuk. Padahal hari sudah mulai siang.
Terik matahari begitu terasa ketika kami tiba di Murung Batu Laba. Ini akibat motor kami yang sempat bermasalah. Selain “tersandera” sekitar 1 jam di bengkel, motor kami melaju dengan kecepatan sedang. Kerusakan V Belt tadi membuat kami sedikit “trauma” jika memacu motor dengan kencang.
Seperti yang sudah saya deskripsikan di awal tulisan, Murung Batu Laba adalah tempat wisata yang menyajikan danau dengan pulau di tengahnya dan berlatar pegunungan. Sebuah pemandangan yang sungguh memanjakan mata. Terlebih lagi kami kesini ketika tak banyak orang sehingga terasa sangat tenang. Cocok sekali menjadi tempat bersantai untuk melepas penat.
Tanahnya yang landai, tak berbatu, dan luas, sangat cocok bagi yang mau camping. Pepohonan yang rapat juga bisa digunakan untuk mengikat hammock, termasuk untuk duduk santai di bawahnya.
Fasilitas umum di Murung Batu Laba saat ini sudah lumayan lengkap. Ada beberapa buah toilet dengan air bersih dan musholla. Di sini juga terdapat banyak lapak pedagang. Sehingga tidak perlu khawatir jika tidak membawa bekal saat kesini.
Potensi Pengembangan Wisata Murung Batu Laba
Murung Batu Laba memiliki potensi besar sebagai tempat wisata. Apalagi setelah viral, tempat ini menjadi dikenal dan dikunjungi banyak orang. Selanjutnya adalah mempertahankan agar tempat wisata ini terus ramai. Bukan hanya ramai di awal-awal saja (karena FOMO mungkin).
Menurut saya sebagai pengunjung, ada beberapa hal yang bisa diperbaiki ke depannya. Hal pertama yang perlu menjadi perhatian adalah jalan menuju lokasi. Sebagai tempat wisata baru, tentu maklum saja kalau kondisi jalan masih belum sepenuhnya bagus. Namun saat ini kondisi jalan sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya. Saya yakin ke depannya jalan menuju Murung Batu Laba akan semakin bagus. Akses yang mudah akan membuat semakin banyak orang tertarik berkunjung.
Tanahnya yang landai dengan gelombang kecil menjadikan tempat ini seperti pantai yang seru bagi siapapun untuk bermain air. Nah, menurut saya ada baiknya jika nanti dibuatkan area khusus untuk bermain, terutama untuk anak-anak agar lebih aman.
Saran saya semoga disediakan semacam gazebo untuk bersantai. Karena saat ini belum tersedia tempat duduk. Jadi kalau mau duduk, harus membawa alas atau kursi sendiri.
Itulah yang membuat saya sengaja menyewa kursi lipat ketika berkunjung ke sini. Saya menyewanya di Plin Plan Outdoor. Lokasinya tak jauh dari bundaran Simpang Empat Banjarbaru atau jalan menuju ke tempat ini.
Apalagi bagi yang harus menempuh perjalanan jauh untuk ke sini, saya sangat merekomendasikan untuk menyewa peralatan di sini saja. Kalau harus membawa dari rumah, sangat merepotkan, bukan. Harga sewanya juga terjangkau. Untuk booking, cek alat sewa dan harga, bisa lihat di akun instagram mereka, @plinplan_outdoor.
Semua saran saya tadi perlu disesuaikan lagi dengan keadaan ya. Dari informasi yang saya dapat, katanya Murung Batu Laba bisa dikunjungi hanya ketika musim kemarau karena air sedang surut. Saya kurang tahu akan sejauh mana pengaruhnya jika air pasang. Apakah nantinya Murung Batu Laba sama sekali tidak bisa kita kunjungi, saya belum tahu.
Meski begitu, menurut saya hal tersebut justru dapat menjadi keunggulan Murung Batu Laba. Mengapa? Karena artinya wisata ini bersifat “eksklusif” alias hanya bisa dinikmati di waktu-waktu tertentu saja. Hal itu akan mendorong orang-orang untuk secepatnya datang ke sini sebelum tempat ini tak bisa dinikmati lagi.
Berdasarkan informasi dari karcis masuk, tempat ini dikelola oleh BUMDES Bhina Sejahtera. Menurut saya langkah ini sudah tepat agar pengelolaannya bisa lebih jelas dan professional. Kita berharap BUMDES ini dapat mengelola Murung Batu Laba dengan baik. Selain memudahkan pengunjung, pengembangan tempat wisata yang berkelanjutan akan membawa dampak positif, khususnya bagi perekonomian masyarakat sekitar.
Untuk kalian yang penasaran, yuk segera datang ke Murung Batu Laba.
Sampai jumpa diperjalanan selanjutnya.
Muhammad Noor Fadillah
Menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Memiliki ketertarikan di bidang ekonomi dan manajemen. Telah menerbitkan 2 buku, 1 ebook, dan banyak tulisan lainnya yang tersebar di koran, media online, blog, dan platform lainnya.