Catatan Perjalanan: Gunung Mawar dan Misi Mencari Lautan Awan
Libur panjang telah tiba. Sayang rasanya jika tidak dimanfaatkan. Apalagi ini juga sudah mendekati akhir tahun. Itulah yang membuat saya dan beberapa teman memutuskan untuk pergi berlibur.
Awalnya kami merencanakan untuk pergi ke sebuah gunung yang ada di Kabupaten Tanah Laut. Kami ingin merasakan sensasi mendaki. Terlebih gunung tersebut cocok untuk pemula yang belum pernah mendaki. Namun karena suatu alasan, terpaksa kami batalkan.
Tujuan selanjutnya adalah Tahura Sultan Adam yang terletak di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar. Ada beberapa alasan memilih tempat tersebut. Pertama karena kami FOMO,,,wkwkwk.
Jadi belakangan ini Tahura Sultan Adam kembali viral. Penyebabnya karena adanya lautan awan yang bisa kita nikmati di pagi hari. Kalau dilihat dari foto dan video yang banyak tersebar di media sosial, memang sangat indah sekali. Saya pernah ke Tahura, tetapi belum pernah menemui lautan awan. Nah semoga saja liburan kali ini bisa menikmati lautan awan biar kayak orang-orang,,,haha.
Kedua, Tahura tidak terlalu jauh dan aksesnya pun mudah. Dari segi fasilitas juga lumayan lengkap. Spot foto tersedia banyak. Tidak rugi deh kalau ke sana.
Meski begitu sebenarnya kami sempat ragu ke sana. Karena sedang viral, membuat jalan ke tempat tersebut menjadi macet dan dipenuhi banyak orang.
Namun daripada tidak liburan sama sekali, yaa sudah lah tidak jadi masalah. Namanya libur panjang, saya kira tempat-tempat wisata lainnya juga akan penuh dengan orang yang berkunjung.
Perjalanan Dimulai
Kami berangkat sekitar pukul 2 siang. Sengaja berangkat siang agar ketika sampai di Tahura nanti sudah sore sehingga lebih teduh. Semoga saja bisa menikmati sunset yang aestetic.
Tempat pertama yang kami tuju adalah ke tempat penyewaan perlengkapan camping. Kali ini kami menyewa di Ayo Camping (@ayo.camping) yang ada di Banjarmasin. Di sini kami menyewa tenda, matras, kompor, dan nesting. Rincian biaya sewanya bisa cek sendiri di Instagram-nya yaa.
Setelah perlengkapan diambil, tak lama hujan lebat turun. Heh, padahal kami sangat berharap agar cuaca cerah sepanjang jalan. Tapi apa boleh buat. Ini di luar kendali kami.
Kami berteduh sebentar untuk memakai jas hujan lalu melanjutkan perjalanan agar tidak sampai kemalaman di jalan.
Untungnya hujan tidak berlangsung lama. Kini kami melewati jalanan kering dengan cuaca cerah. Perjalanan bisa kami lanjutkan dengan lebih lancar.
Tahura Yang Tak Sesuai Rencana
Sesampainya di pintu masuk Tahura, kami terkejut ketika melihat papan informasi yang bertuliskan “Tutup”. Lho? Kenapa bisa tutup ya? Saya kira tempat ini selalu buka.
Usut punya usut, ternyata Tahura akan tutup ketika hari libur nasional. Begitupun dengan tempat wisata Bukit Batu karena berada dalam satu pengelola yang sama. Duh malang sekali nasib kami. Apa boleh buat, kami pun putar balik dan menentukan tempat tujuan selanjutnya. Kan tidak mungkin kalau kami pulang lagi. Malu dong sama pintu rumah. Haha.
Ada beberapa opsi tujuan selanjutnya, yaitu Bukit Bandangan, Bukit Manjai, dan Gunung Mawar. Dengan beberapa pertimbangan, kami akhirnya memutuskan menuju Gunung Mawar saja. Karena menurut informasi dari penjaga Tahura, akses ke Gunung Mawar lebih mudah dan dekat. Berbeda dengan Bukit Bandangan dan Bukit Manjai yang lumayan jauh dan harus mendaki lagi untuk sampai ke atas. Sementara hari sudah semakin sore.
- Baca Tulisan Lainnya: Media Sosial dan Keinginan Untuk Membatasi Keinginan
Perjalanan menuju Gunung Mawar dimulai. Saya membuka GPS sebagai penunjuk arah. Kami memang belum ada yang pernah ke sana sehingga tidak tahu jalan. Namun tenang saja jika tidak memungkinkan membuka GPS. Sebab di sepanjang jalan kita akan dipandu dengan papan penunjuk arah.
Gunung Mawar berlokasi di kecamatan yang sama dengan Tahura Sultan Adam. Akses menuju Gunung Mawar sangatlah mudah. Jalannya beraspal mulus hingga ke puncak. Bisa ditempuh dengan roda dua atau roda empat. Meski begitu kita tetap harus berhati-hati sebab jalan yang berkelok-kelok dan sesekali ada bagian yang sangat curam dan terjal.
Dalam perjalanan menuju Gunung Mawar, kami melewati beberapa tempat wisata lainnya. Seperti Aranaway dan Gunung Pamaton yang juga bisa dijadikan tempat camping.
Kami sampai di Gunung Mawar sekitar pukul 6 sore setelah kurang lebih 30 menit perjalanan. Tak ada tempat khusus untuk pembayaran biaya masuk. Tak ada semacam karcis masuk juga. Hanya ada seorang bapak yang berjaga di depan rumah panggung. Kami dikenakan biaya masuk sebesar Rp20.000 per orang. Jika tidak berkemah, biaya masuknya hanya Rp5.000 saja.
Motor kami parkir tepat di bawah rumah panggung yang terbuat dari kayu. Di sini terdapat dua buah rumah panggung yang bisa kalian sewa. Untuk biaya sewanya saya belum sempat menanyakan. Namun yang saya dapat dari internet, katanya biaya sewanya kisaran 500 ribu per malam.
Meski berkunjung ke gunung, tak ada sensasi mendaki di sini. Kami hanya perlu menaiki beberapa anak tangga untuk bisa sampai ke atas. Tempat ini sebenarnya landai. Karena itulah lebih tepat jika disebut bukit saja ketimbang gunung. Kenapa di awal tadi saya sebut gunung, karena di papan penunjuk arah memang tertulis “Gunung Mawar”.
Di puncak, kita akan menemukan tanah lapang. Bisa menjadi tempat untuk mendirikan tenda. Di sisi kanan terdapat sebuah gazebo dari kayu yang cukup besar. Cocok untuk tempat berfoto karena menghadap langsung ke bebukitan. Bagi yang tidak membawa tenda, saya kira bisa tidur di sana dengan sleeping bag atau hammock. Beberapa kursi kayu juga ada. Jadi bisa duduk santai sambil menikmati pemandangan alam.
Kami segera mendirikan tenda sebelum malam datang. Gerak kami harus lebih cepat dari matahari yang mulai tenggelam di balik bebukitan.
Selesai mendirikan tenda, kami beristirahat sejenak sembari menikmati langit yang cerah dengan taburan bintang. Kebetulan malam itu bulan bersinar terang.
Kemudian kami lanjut memasak untuk mengganjal perut. Meski makan seadanya, tapi dengan suasana alam terbuka seperti ini ternyata asyik juga lho. Apalagi makan bersama teman-teman.
Kondisi penerangan di sini cukup disayangkan karena minim sekali. Hanya ada beberapa lampu di dekat pendopo dan tangga. Sementara toiletnya tidak ada satupun lampu. Belum lagi kondisi toilet yang kurang terawat. Dari semua kamar mandi dan WC, hanya ada satu yang pintunya tidak jebol.
Air bersih tersedia dengan cukup. Namun berada di luar toilet. Jadi harus diangkut sendiri dulu ke toilet. Air tersebut juga bisa kita gunakan untuk mencuci piring ataupun berwudhu.
Semoga toiletnya bisa segera diperbaiki. Karena menurut saya, keberadaan toilet sangat penting bagi sebuah tempat wisata. Kalau fasilitasnya tersedia dan terawat, akan membuat wisatawan merasa nyaman dan bisa berkunjung kembali, kan.
Owh ya, di sini sangat banyak nyamuk. Jadi kalau mau camping, harus bawa lotion anti nyamuk. Kalau tidak, harus siap jika badan jadi santapan nyamuk.
Gunung Mawar: Awan atau Kabut Pagi?
Langit mulai cerah. Hutan dan bebukitan yang tepat berada di depan tenda kami kini terlihat dengan lebih jelas. Udara terasa sangat sejuk dan dingin.
Kami keluar dari tenda. Saya mengenakan jaket untuk menghangatkan tubuh. Kami mencari titik berfoto yang bagus. Sayangnya pagi ini tidak ada lautan awan seperti yang kami harapkan. Hanya ada sedikit awan yang menutupi sebagian bukit.
Walaupun sebenarnya saya tidak tahu persis apakah itu benar-benar awan atau hanya kabut. Tapi kita sebut awan saja agar saya tidak terlalu merasa zonk di liburan kali ini,,hihi. Apapun itu, pemandangannya tetap cantik kok.
Kami tidak sendiri. Ada cukup banyak orang yang juga berkemah di sini. Pagi ini semua antusias menikmati pemandangan dan tentu saja berfoto ria. Bahkan ada yang memutar musik senam. Hmmm.
Sayangnya pemandangan di depan tenda kami kurang bagus karena ada bukit yang tidak lagi menghijau. Sepertinya karena ada penambangan di sana. Bukit itu mulai kehilangan pepohonannya dan menyisakan tanah merah. Jadinya kami harus mencari titik foto lainnya.
Setelah puas berfoto, kami mulai berkemas. Kami kemudian pulang ke rumah masing-masing karena besok harus kembali bekerja.
Potensi Pengembangan Wisata Gunung Mawar
Gunung atau Bukit Mawar merupakan tempat wisata yang sudah lama ada. Tempat ini juga sudah lama masuk dalam daftar tempat yang ingin saya kunjungi.
Aksesnya yang mudah menjadi keunggulan tempat ini. Bagi mereka yang ingin ke bukit tetapi tidak ingin capek mendaki, tentu tempat ini sangat tepat. Pemandangannya pun tidak kalah eksotis dengan bukit-bukit lainnya. Lalu bagi mereka yang ingin bermalam, sudah tersedia villa.
Kalau terus dikelola dengan baik, saya yakin tempat ini akan semakin banyak pengunjungnya. Pengelolaan tersebut mencakup perbaikan fasilitas seperti toilet umum dan penerangan. Bagus lagi kalau disediakan musholla.
Di Gunung Mawar ini sebenarnya terdapat beberapa buah warung. Dari beberapa artikel yang saya baca di internet, di sini bahkan ada yang menjual souvenir. Namun ketika saya ke sana, tak ada satupun yang buka. Seandainya buka, pastinya akan memudahkan pengunjung untuk membeli makan dan minum. Untuk sementara ini, kalau ke Gunung Mawar harus membawa bekal yang cukup.
Nah, sampai sini dulu catatan perjalanan saya kali ini. Kalau ingin tahu lebih rinci, silakan coba datang langsung saja ke Gunung Mawar yaa. Sampai jumpa di kesempatan lainnya.
Muhammad Noor Fadillah
Menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Memiliki ketertarikan di bidang ekonomi dan manajemen. Telah menerbitkan 2 buku, 1 ebook, dan banyak tulisan lainnya yang tersebar di koran, media online, blog, dan platform lainnya.