Certified Hijrah Mind Practitioner

Certified Hijrah Mind Practitioner: Di Sini Aku Mengenali Diri (Bagian 2)

Selama 3 hari saya dan seluruh peserta mengikuti Certified Hijrah Mind Practitioner yang diadakan Hijrah Coach. Sebelumnya, di postingan yang berjudul Certified Hijrah Mind Practitioner: Mengungkap Luar Biasanya Otak Manusia, saya sudah ceritakan apa yang saya pelajari selama mengikuti kelas tersebut.

Nah, kali ini saya mau cerita lagi apa manfaat yang saya dapatkan. Semoga tulisan ini juga bermanfaat bagi kamu yang membacanya ya. Cekidot.

Oke. Jadi selama mengikuti kelas tersebut, peserta tidak hanya diajarkan cara menjadi praktisi Hijrah Mind yang professional sebagaimana saya bahas di tulisan sebelumnya. Namun kami juga mendapatkan bantuan interpretasi terhadap hasil profiling kami sendiri. Dari hasil itu peserta bisa mengetahui bagian otak mana yang dominan pada dirinya serta bagaimana cara mengoptimalkan potensi yang ada.

Sebelum kelas berlangsung, semua peserta diminta mengisi kuesioner Hijrah Mind yang dikirimkan ke email masing-masing. Hasilnya kemudian keluar beberapa saat sebelum kami mengikuti kelas.

Sebelum berlanjut, saya mau cerita dulu. Awalnya saya termasuk orang yang tidak terlalu “srek” dengan “tes” semacam ini. Kenapa? Karena saya khawatir hasilnya hanya akan menjadi pembenaran dari kekurangan yang saya miliki.

Contohnya begini. Anggaplah saya mengikuti sebuah tes kepribadian yang hasilnya mengatakan bahwa saya seorang introvert. Artinya saya kurang suka berinteraksi dengan banyak orang atau berada di keramaian. Atau kalaupun bisa, tenaga saya akan terkuras habis untuk hal itu.

Nah kondisi seperti ini akhirnya saya jadikan “alasan ilmiah” kalau saya tidak bisa public speaking. Karena public speaking pasti menghadapi banyak orang, bukan? Saya cukup berkata,

“Wajar aku tidak bisa public speaking. Aku kan orangnya introvert. Tidak suka bertemu banyak orang.”

Kalau sudah begitu, ya selamanya saya tidak bisa public speaking karena sudah ada mental block. Berbahaya, kan? Oleh karena itu, ketika mendapati hasil yang telah dikirimkan, saya tidak terlalu mempedulikan. Sekadar tahu saja. Walaupun sebenarnya hasil yang diberikan sesuai dengan kondisi saya.

Semua Orang Bisa Menjadi Apapun

Dalam hal pengembangan diri, saya percaya bahwa semua orang bisa menjadi apapun yang ia mau. Tidak ada yang membatasi termasuk tipe kepribadiannya, baik itu introvert, ekstrovert, sanguinis, koleris, atau apapun istilahnya. Satu-satunya yang membatasi seseorang hanyalah dirinya sendiri.

Ketika sudah mengikuti kelas, sedikit demi sedikit saya jadi tercerahkan dan mendapat banyak perspektif baru. Ternyata pandangan Hijrah Mind dengan saya tidak jauh berbeda. Bahwa apapun bagian otak yang dominan, tidak membatasi seseorang untuk menjadi apapun yang ia inginkan.

Misalnya seseorang itu memiliki dominan pada area otak yang dalam Hijrah Mind disebut dengan istilah Feeling. Umumnya tipe ini memiliki kecenderungan suka membangun hubungan dengan orang lain, menyukai kedamaian, mudah bersimpati dan empati, perasa, emosional, sensitif, dan sebagainya.

Dengan hasil itu, orang awam mungkin akan dengan mudah berkesimpulan bahwa orang yang dominan feeling tidak cocok menjadi pemimpin karena terlalu menggunakan perasaan. Mereka cocoknya menjadi guru saja agar mudah menyayangi muridnya.

Namun di Hijrah Mind kami diajarkan tidak dengan pemahaman seperti itu. Hijrah Mind tidak dalam posisi memvonis seseorang.

Dalam kasus di atas, seseorang yang dominan feeling sekalipun bisa menjadi pemimpin jika ia mau bersungguh-sungguh mencapainya. Bahkan Coach Daru memberikan contoh pemimpin-pemimpin sukses di perusahaan yang dominan feeling. Justru dengan dominan feeling, salah satu kelebihannya mereka bisa membangun kerjasama tim yang baik. Dengan kerjasama tim itulah mereka menjadi pemimpin yang sukses.

Mengetahui Kekuatan Diri

Tujuan mengetahui bagian otak dominan dalam hal ini adalah untuk menemukan potensi besar yang bisa dimanfaatkan di dunia kerja ataupun keseharian. Kalau seseorang mengetahui dimana kekuatannya, bukankah itu bisa menjadi senjata utama yang bisa ia gunakan dan terus mengasahnya. Namun sebaliknya, jika seseorang tidak tahu di mana letak kekuatannya, akhirnya ia bingung harus berbuat apa. Bahkan bisa jadi memvonis dirinya sebagai orang yang tidak punya kemampuan apa-apa.

Nah, ilmu semacam ini bagi saya sangat bermanfaat. Tidak sebatas menjadi tahu, saya pun dapat mengaplikasikannya pada diri saya sendiri. Setelah mengetahui bagian otak mana yang dominan, dari situ saya tahu apa saja kekuatan yang bisa saya maksimalkan dan bagian mana yang kurang dominan sehingga harus saya antisipasi dari sekarang.

Bagi saya, semakin mengenal diri maka semakin mudah menerima dan mencintai diri. Ini adalah hal yang sangat penting. Terkadang kita hanya tidak mengenal diri dengan baik sehingga sulit berkembang, merasa insecure, merasa tidak punya kemampuan, dan sebagainya.

Mengenal diri sendiri memang lebih susah daripada mengenali orang lain. Kita bisa menilai orang lain dengan mudahnya. Namun menilai diri sendiri, itu tugas yang berat.

Alhamdulillah, saya bisa mengikuti kelas Certified Hijrah Mind Practitioner ini yang membantu saya semakin mengenal diri sendiri. Mengikuti kelas ini tidak saja membuat saya bisa membantu orang lain, tetapi juga punya dampak besar bagi diri saya sendiri. Karena itu saya tidak ragu menyarankan kamu untuk mengikuti kelas ini.

0Shares
Muhammad Noor Fadillah

Menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Memiliki ketertarikan di bidang ekonomi dan manajemen. Telah menerbitkan 2 buku, 1 ebook, dan banyak tulisan lainnya yang tersebar di koran, media online, blog, dan platform lainnya.

494 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *