Awas, Jangan Pegang Makanannya!
Cerita ini bermula ketika malam itu, saya disuruh orang tua membeli lauk disebuah tempat makan yang waktu itu masih asing di telinga saya. Orang tua memberitahukan alamat serta ciri-ciri tempat makan tersebut. Merasa tidak tahu pasti di mana tempat makan itu berada, saya mengajak adik untuk ikut dengan saya. Dengan senang hati, adik saya mau menemani.
Kami sampai di tempat tujuan. Kebetulan belum banyak orang di sana dan saya langsung memesan makanan. Saya menunggu tak jauh dari tempat saya memesan tadi sambil mengamati usaha jualan pinggir jalan yang cukup sederhana ini.
Terlihat sebuah gerobak panjang menjadi titik sentralnya. Di atas gerobak itulah oleh pemilik usaha digunakan untuk melakukan berbagai macam aktivitas, mulai dari meracik sayur, memotong ikan dan ayam, membungkus makanan, hingga bertransaksi dengan pembeli. Terpal berukuran panjang dan lebar membentang di atas sebagai peneduh bagi penghuni di bawahnya.
Sembari menunggu, kadang menjadi hal yang suka saya lakukan adalah mengamati orang yang sedang memasak. Waktu itu, saya pun mengamati bagaimana seorang bapak itu memasak tiga buah ayam lalapan yang saya pesan. Selain seorang bapak, juga ada perempuan yang saya yakini itu adalah istri dan anaknya. Mereka bertiga terlihat sibuk seiring pembeli yang mulai berdatangan.
Dalam proses mengamati itulah, tiba-tiba rasa risih saya muncul. Bagaimana tidak, itu setelah saya melihat ketika si penjual menyentuh ayam yang sudah digoreng tadi dengan tangan langsung tanpa alas. Saat itu beliau mau meletakkan ayam yang berada di tirisan ke atas kertas makanan untuk dibungkus. Padahal sebelumnya, saya melihat pula jika tangan beliau digunakan untuk memegang spatula saat memasak. Tidak sampai di situ, yang membuat “kesal”, tangan itu juga telah memegang serbet yang terlihat kotor dan kusam, memencet-mencet handphone, bahkan memegang uang yang dibayarkan pelanggan. Sontak pikiran saya mulai menjelajah kemana-mana.
Setelah melihat itu, saya hanya bisa menghela nafas. Ya, harus diakui, itulah salah satu kekurangan pelaku usaha kecil di masyarakat kita. Di mana aspek kesehatan dan kehigienisan makanan kurang diperhatikan. Menyentuh makanan secara langsung tanpa alas, saya kira harusnya tidak boleh dilakukan jika saat itu tangan berada dalam kondisi tidak steril. Apalagi jika sebelumnya tangan penjual sudah menyentuh benda-benda kotor. Hal tersebut pun bisa dilihat banyak orang. Tentunya itu membuat orang berpikir dua kali untuk kembali berbelanja di tempat itu.
Menyentuh makanan secara lansung dengan tangan, selain kurang enak dilihat, juga bisa membahayakan. Sekadar saya beri gambaran, untuk uang saja, sejumlah peneliti menyebutkan bahwa uang adalah tempat terjadinya perkembangbiakan bakteri. Para peneliti di New York University’s Dirty Money Project menemukan bahwa uang kertas adalah medium tempat bakteri hidup dan menyebar dari tangan ke tangan. Penelitian tersebut berhasil mengidentifikasi 3000 tipe bakteri yang berbeda yang ada pada selembar uang kertas. Bakteri yang paling banyak ditemukan adalah bakteri penyebab jerawat. Bakteri lain adalah gastritis, pneumonia, keracunan makanan dan infeksi stafilokokus (dokter.id, 2016).
Penelitian di Hong Kong, menemukan hasil yang mengejutkan. Adalah penemuan 36 persen dari bakteri yang ditemukan di selembar uang berpotensi patogen. Ini berarti jenis-jenis bakteri tersebut dapat membuat seseorang jatuh sakit. Termasuk di antaranya bakteri E coli dan Clostridium difficile (Kinanti, n.d.)
Bisa dibayangkan, ketika tangan menyentuh uang, maka sudah pasti akan terkontaminasi bakteri-bakteri yang ada di uang tersebut. Lalu kemudian tangan itu menyentuh makanan secara langsung. Belum lagi jika sebelumnya menyentuh benda-benda lain seperti serbet yang sudah kotor dan kemungkinan juga menjadi tempat berkembangbiak sumber penyakit.
Bagi orang-orang yang sangat peka terhadap kesehatan, maka besar kemungkinan orang tersebut tidak mau lagi datang membeli. Tentu orang jenis ini sudah paham mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan bagaimana tangan bisa menjadi tempat bersarangnya banyak kuman penyakit. Dari segi bisnis, ini sangat merugikan. Dan akan semakin merugikan jika orang tersebut memberitahukan hal itu kepada orang lain. Di era media sosial seperti sekarang, seseorang bisa menumpahkan kekecewaannya di media sosial yang tentunya dapat dibaca banyak orang. Jika itu dilakukan, pemilik usahalah yang sangat dirugikan dan mengancam keberlanjutan usaha ke depannya.
Meskipun juga tidak menutup kemungkinan, banyak orang yang justru sama sekali tidak memperhatikan aspek ini bahkan cenderung mengabaikannya. Ada orang yang melihat jelas ketika makanan dibuat dengan proses yang tidak higienis, namun tetap mau memakannya dan bahkan mau membeli kembali. Namun bagi pelaku usaha, ini tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak mengubah kebiasaan buruk. Yang juga perlu diingat, pelaku usaha sulit mengetahui pelanggannya apakah termasuk tipikal orang yang peka terhadap kesehatan makanan atau sebaliknya.
Terlepas dari semua itu, menyajikan makanan yang sehat bukan saja sekadar untuk menarik hati pembeli. Lebih jauh, semuanya adalah bentuk pertanggungjawaban sebagai seorang penjual yang baik. Apa jadinya, kalau sampai ada orang yang sakit gara-gara memakan makanan yang kita jual, maka yang rugi adalah kita sendiri. Bukannya membantu, kita justru membuat susah orang lain.
Oleh karena itu, mengubah kebiasaan harus dan mutlak dilakukan. Penjual bisa menggunakan sarung tangan khusus sebelum menyentuh makanan yang akan disajikan untuk pelanggan. Begitupula dengan serbet yang sebisa mungkin diusahakan jangan sampai terlihat kotor. Tempat-tempat yang digunakan untuk memasak, pastikan bersih. Kebersihan harus benar-benar dijaga bahkan termasuk kebersihan penjual itu sendiri. Semoga kebiasaan ini bisa dilaksanakan oleh semua pemilik usaha agar tercipta hubungan yang loyal antara pelanggan dan pembeli dan tentu saja menguntungkan kedua belah pihak.
References
(2016). Retrieved from dokter.id: https://www.dokter.id/berita/ribuan-bakteri-yang-hidup-di-uang-kertas
Kinanti, A. A. (n.d.). Retrieved from health.detik.com: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3507615/fakta-tentang-bakteri-yang-ada-di-uang-kertas
Muhammad Noor Fadillah
Menyelesaikan pendidikan S1 Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Memiliki ketertarikan di bidang ekonomi dan manajemen. Telah menerbitkan 2 buku, 1 ebook, dan banyak tulisan lainnya yang tersebar di koran, media online, blog, dan platform lainnya.
2 Komentar
Statement of Reasons for Embracing the Doctrines and
Free featured travesti active porn videos on xHamster for
2022. New videos every day! Explore tons of XXX movies with
hot sex scenes ready to be watched right away. Live Sex; Pornstars ; Channels #trackingUrl {{/trackingUrl.
Bedava Legal Porno
Karisini siktiriyor (konusmali) 2.3M 100% 45sec 360p.
ayntritli dengesiz kadin konusmali. 166.9k 100% 6min 360p.
turk turkish Gülsüm sikiliyor. 2.2M 99%
6min 360p. gotten turk sikis turkish anal amateur götten sikiş.
2.7M 97% 2min 1080p. murat turk kariyi sikiyor.